Hayoo! Cari Uang atau Cari Rezeki?


Bertawakal, yakin kepada Allah. Percaya sepenuhnya bahwa Allah adalah Maha Pemberi rezeki. Bukan direktur, boss, komandan, petinggi, pembeli, atau siapapun itu. Mereka hanya sebagai perantara yang Allah titipkan harta. Olehnya tak perlu terlalu berlebihan memuja mereka layaknya dewa bagi orang musyrik. Usaha menjemput rezeki haruslah sepadan. Hendak meminta uang saja, apakah sopan bila kita memaksa? Tentu ada adabnya. Sama halnya dengan mencari rezeki, berbaik budi di hadapan mereka, bukan berarti lalu meninggalkan kewajiban sebagai hamba Allah.

Berikut beberapa hal yang patut diperhatikan dalam menjemput rezeki:

Pertama: Mulakan dengan hal yang baik

Allah berfirman:

يا أيها الذين آمنوا كلوا من طيبات ما رزقناكم واشكروا لله إن كنتم إياه تعبدون

“Hai orang-orang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah.” (QS. Al-Baqarah [2]: 172).

Bagi orang beriman, hendaknya memperhatikan apa yang masuk ke dalam jasadnya dan apa yang dikerjakan. Rezeki yang baik hanya datang dari jalan yang baik pula. Tidak mengambil hak orang lain, menafikan kewajiban, dan lainnya yang tak sesuai dengan ajaran agama.

Kedua: Berusaha dan bekerja

Allah berfirman:

فإذا قضيت الصلاة فانتشروا في الأرض وابتغوا من فضل الله واذكروا الله كثيرا لعلكم تفلحون

“Jika telah ditunaikan shalat Jum’at, maka bertebaranlah di muka bumi dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kalian bahagia.” (QS. Al-Jumuah [62]: 10)

Berusaha dan bekerja sesuai porsinya dan berhenti bekerja ketika tiba waktu beribadah. Tidak menzhalimi tubuhnya sendiri dan tidak menzhalimi orang lain, termasuk istri, anak atau keluarga. Terkadang dalih menafkahi keluarga dan mencari penghidupan membuat orang itu lantas menghabiskan waktu sepanjang hari. Tidak memperhatikan kesehatan apalagi keutuhan keluarga. Perintah bekerja dan berusaha dalam ayat di atas bukan pula pembenaran dalam mencintai dunia secara berlebihan.

Ketiga: Bersabar dan bersyukur

Inilah kuncinya. Jika diberi rezeki, bersyukurlah. Jika rezeki sedang seret, maka bersabarlah. Diakui, hal ini mudah diucapkan namun sulit dipraktekkan. Namun itulah fungsi belajar. Sebab belajar bersabar dan bersyukur ini berlaku seumur hidup manusia, tanpa kecuali. Hatta mereka yang aktif mengaji dan berlevel ustadz juga akan terus belajar dengan dua kata kunci ini, bersyukur dan bersabar.

Keempat: Zakat, Infaq, Sedekah

Firman Allah:

قل إن ربي يبسط الرزق لمن يشاء من عباده ويقدر له وما أنفقتم من شيء فهو يخلفه وهو خير الرازقين

“Dan apa-apa yang kalian infaqkan dari sebagian harta kalian, maka Allah akan menggantinya.” (QS. Saba [34]: 39).

Dalam ajaran Islam, harta yang dimiliki sesungguhnya adalah harta yang diinfakkan kepada orang lain. Mulailah belajar bersedekah kepada yang terdekat. Lihatlah, adakah orangtua sudah tidak kekurangan? Lalu saudara, keluarga, tetangga, dan lingkungan sekitar.

Kelima: Silaturahim

Percaya atau tidak, terkadang rezeki itu datang dengan jalan silaturahim. Umur dipanjangkan, hidup dibahagiakan, kesehatan diberikan, dan banyak lagi manfaat silaturahim tersebut. Hal ini bukan dibuat-buat, sebab Nabi yang mengajarkan demikian. Rasulullah bersabda:

“Barangsiapa yang berkeinginan untuk dibentangkan rezeki baginya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah menyambung silaturahim.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Keenam: Jangan lupakan majelis ilmu


Makin sering mendengarkan pencerahan, niscaya hati kian mudah dikendalikan. Dengan  mengingat dan mendengar ayat-ayat Allah, hidup akan menjadi tenang. Di antara manfaat yang lain adalah berkesempatan hidup bersama orang-orang saleh. Hal itu akan menjadikan diri selalu terkendali. Ada yang mengingatkan kala diri lupa, menguatkan saat terjatuh, dan mengambil pelajaran atas setiap kesalahan yang pernah  dilakukan.

Sumber:http://www.intisari9.com/

0 Response to "Hayoo! Cari Uang atau Cari Rezeki?"

Posting Komentar