Siapa yang tidak suka sate, steak, atau aneka ayam bakar? Produk-produk hasil pengolahan dengan metode pembakaran (grilling) ini sangat populer di masyarakat kita. Dijajakan mulai dari usaha kaki lima hingga restoran ternama.
Metode pembakaran umumnya dipilih karena disamping penggunaan minyak yang tidak terlalu banyak, seperti halnya dalam menggoreng, aroma dan cita rasa yang dihasilkan pun lebih khas.
Ada Bahaya Apa di Balik Makanan Bakar?
Ketika bahan pangan diolah menggunakan suhu tinggi (diatas 3000 F) serta secara langsung kontak dengan sumber api (seperti dalam metode pembakaran), maka akan dihasilkan senyawa Heterocyclic Amines (HCAs) dan Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs). Secara spesifik, HCAs terbentuk ketika asam amino (senyawa organik penyusun protein), karbohidrat sederhana (sugars), dan keratin bereaksi dibawah suhu tinggi.
Sementara PAHs terjadi ketika lemak dan sari-sari daging menetes ke sumber panas, menimbulkan nyala api dan asap. Keduanya mengandung PAHs lalu melapisi permukaan daging.
Seperti dilansir dalam situs National Cancer Institute, baik HCAs dan PAHs dapat merusak dan mengubah DNA pada sel-sel manusia sehingga memicu penyakit kanker. Tim University of Minnesotatelah melakukan penelitian terhadap pola makan 62,000 orang dalam periode 9 tahun. Akhirnya diperoleh kesimpulan bahwa mengonsumsi secara rutin daging yang diolah menjadi well done atau diolah di atas bara api dapat meningkatkan resiko kanker pankreas sampai 60%.
Tapi Saya Suka Makanan yang Dibakar. Adakah Solusinya?
Bagi Anda yang sudah telanjur suka makanan bakar atau bahkan memiliki usaha kuliner yang berhubungan dengannya, mungkin sulit menghilangkan metode pengolahan pangan satu ini. Tapi Insyaa Allah dengan perbaikan metode pembakaran dan penanganan bahan pangan, jumlah senyawa-senyawa berbahaya pada makanan dapat dikurangi. Yuk, simak tipsnya :
1. Jangan membakar langsung kontak dengan sumber api atau permukaan logam panas
Hal ini untuk meminimalisir banyaknya persentuhan antara nyala api dan asap yang mengandung PAHs dengan makanan. Caranya bisa menggunakan lembaran khusus seperti aluminium foil sebagai alas yang memisahkan makanan dengan sumber api atau mengatur rak pembakaran agar agak jauh dari sumber api.
2. Menghindari membakar dalam waktu lama di bawah suhu tinggi
Untuk daging yang relatif lama waktu memasaknya, sebaiknya olah dahulu (precook) dengan suhu yang lebih rendah, seperti melalui pemanggangan,pengukusan, atau pemasakan dengan suhu rendah dalam waktu lama (stewing). Dengan demikian dapat mempersingkat waktu pembakaran di suhu tinggi.
3. Membolak balik makanan
Selain menghindari bahaya “gosong” (charred portion) pada makanan, cara ini juga dapat mengurangi HCAs. Berdasarkan penelitian dari Nutrition Action Healthletter, pembolak-balikan ketika membakar dapat mengurangi HCAs sampai 75 sampai 95%.
4. Hindari “gosong”
Kelihatannya steak kurang keren kalau tidak ada tanda “gosong” di permukaannya. Tapi atas nama kesehatan, jaga jangan sampai bagian yang “gosong” (charred portion) ini muncul ketika makanan diolah atau jika terlanjur, jangan dikonsumsi, deh.
5. Marinasi bahan pangan sebelum dibakar
Marinasi sendiri merupakan perendaman bahan pangan dalam cairan berbumbu dengan tujuan menambah cita rasa atau mengempukkan bahan tersebut. Ternyata berdasarkan penelitian yang dilakukan The American Institute for Cancer Research, marinasi daging selama minimal 30 menit dapat mengurangi pembentukan HCAs. Penurunan senyawa HCAs itu sendiri tergantung dengan jenis bahan perendam (marinade) yang digunakan. Sebagai catatan, hindari produk perendam yang mengandung banyak gula karena bisa memicu timbulnya HCAs.
6. Pilih bahan pangan rendah lemak
Hal ini erat kaitannya dengan pembentukan nyala api dan asap yang mengandung HCAs dari tetesan lemak yang jatuh ke sumber panas. Dengan mengurangi jumlah lemak dalam bahan, maka HCAs didalamnya bisa dikurangi.
7. Jangan membakar daging olahan
Walaupun rasanya enak, mulai sekarang hindari membakar daging olahan seperti sosis! Daging olahan sendiri sudah mengandung substansi yang memicu timbulnya kanker.
8. Hindari pembuatan saus dari sari-sari makanan yang dibakar
Biasanya sari-sari daging dari pembakaran steak dimanfaatkan untuk pembuatan saus (gravy). Ternyata saus semacam ini selain mengandung banyak lemak, tinggi HCAs juga.
9. Bersihkan tempat pembakaran
Sebelum mulai membakar, pastikan tempat pembakaran sudah bersih dari residu makanan hasil pembakaran sebelumnya. Residu mungkin mengandung substansi karsinogenik lalu beresiko berpindah ke bahan pangan baru jika dibiarkan begitu saja.
10. Lebih baik membakar ini!
Seperti disebutkan sebelumnya, pembentukan HCAs dan PAHs secara intensif terjadi karena adanya protein. Nah, sayur maupun buah-buahan tidak mengandung substansi protein dalam jumlah besar dibandingkan daging. Tentu lebih aman untuk membakar bahan-bahan yang juga mengandung nutrisi anti kanker ini.
Sumber:http://www.9liputan.com/
0 Response to "Untuk Para Mom, Begini Resep Sehat Mengolah Makanan Bakar"
Posting Komentar